Seni Budaya SMA Kelas X Semester I
BAB I
DASAR-DASAR
1. Pengertian Kebudayaan dan Seni
1.1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem,
pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem
sosial di mana merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari
manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk
menyambung keterbatasan jasmaniahnya.
Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya
sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai
kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi
dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh
dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku dalam konteks
kemasyarakatan.
Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil
karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting
khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa
mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya.
Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia bermodalkan
berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya
sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu memberikan
jawaban terhadap masing-masing tantangan yang memberi bentuk kesenian,
yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Untuk lebih jelas dapat diterangkan apa-apa saja yang menggambarkan
kebudayaan, misalnya ciri khas bentuk rumah adat daerah yang berbeda
satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah adat di Jawa
mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan rumah adat Hooi
berbentuk panggung.
2. Alat Musik
Seperti halnya rumah adat, alat musik di setiap daerah pun berbeda
dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis
bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di
berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat
musik seperti yang terlihat di gambar berikut ini Grantang, Tifa dan
Sampe.
3. Seni Tari
Di samping rumah adat, alat musik, Indonesia juga memiliki
keanekaragaman Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak
dari Jawa Barat.
4. Kriya Ragam Hias
Selain kaya akan keanekaragaman musik dan tarian tradisi, Indonesia
juga kaya akan keanekaragaman hiasan serta motif-motif tradisional.
Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat
beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.
Gambar berikut adalah Kriya Ragam Hias.
5. Properti Kesenian
Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik,
seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam
kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk seni
pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan topeng
adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng untuk
pendukung.
6. Pakaian Daerah
Setiap propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
7. Benda Seni
Kaya dan kreatif adalah sebutan yang sesuai untuk bangsa kita, karya
seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan
kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat dari
perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu karya
seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni dapat
menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.
Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian
Ondel-ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi
sebagai pelindung untuk menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog
Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara kerajaan
Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri Kediri dapat diartikan
Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh, selain hal-hal
tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, sistem kekerabatan
dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari
kebudayaan.
Contoh beberapa kebudayaan yang memiliki daya tarik yang tinggi bagi
turis mancanegara dan turis lokal antara lain, adat istiadat di Tana
Toraja, kebiasaan perempuan suku Dayak di Kalimantan yang senang
menggunakan anting yang panjang, berat dan banyak, upacara ngaben
(pembakaran mayat) di Bali.
8. Adat Istiadat
1. Suku Toraja
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi
Selatan, Indonesia. Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis
Sidenreng dan dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini
dengan sebutan To Riaja, artinya “Orang yang berdiam di negeri atas atau
pegunungan”, sedangkan orang Luwu menyebutnya To Riajang, artinya orang
yang berdiam di sebelah barat. Ada juga versi lain kata Toraya. To =
Tau (orang), Raya = Maraya (besar), artinya orang orang besar,
bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata
Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal
kemudian dengan Tana Toraja. Di wilayah Tana Toraja juga digelar
“Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matari’ollo”, arti harfiahnya,
“Negeri yang bulat seperti bulan dan matahari”. Wilayah ini dihuni oleh
satu etnis (Etnis Toraja).
Tana Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara
pemakaman yang biasa disebut “Rambu Tuka”. Di Tana Toraja mayat tidak di
kubur melainkan diletakan di “Tongkanan“ untuk beberapa waktu. Jangka
waktu peletakan ini bisa lebih dari 10 tahun sampai keluarganya memiliki
cukup uang untuk melaksanakan upacara yang pantas bagi si mayat.
Setelah upacara, mayatnya dibawa ke peristirahatan terakhir di dalam Goa
atau dinding gunung. Tengkorak-tengkorak itu menunjukan pada kita
bahwa, mayat itu tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau
dibawahnya, atau di dalam lubang. Biasanya, musim festival pemakaman
dimulai ketika padi terakhir telah dipanen, sekitar akhir Juni atau
Juli, paling lambat September. Peti mati yang digunakan dalam
pemakaman dipahat menyerupai hewan (Erong). Adat masyarakat Toraja
antara lain, menyimpan jenazah pada tebing/liang gua, atau dibuatkan
sebuah rumah (Pa'tane). Rante adalah tempat upacara pemakaman secara
adat yang dilengkapi dengan 100 buah “batu”, dalam Bahasa Toraja disebut
Simbuang Batu. Sebanyak 102 bilah batu yang berdiri dengan megah
terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah sedang, dan 54 buah kecil.
Ukuran batu ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut
hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu. Simbuang Batu hanya diadakan bila pemuka
masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan dalam tingkat
“Rapasan Sapurandanan” (kerbau yang dipotong sekurang- kurangnya 24
ekor).
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang
beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu
Pura ini. Di dalam “Panca Yadnya”, upacara ini termasuk dalam “Pitra
Yadnya”, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur. Makna upacara
Ngaben pada intinya adalah, untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang
sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda mengatakan manusia
memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu
dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa. Upacara Ngaben biasanya
dilaksanakan oleh keluarga sanak saudara dari orang yang meninggal,
sebagai wujud rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Dalam
sekali upacara ini biasanya menghabiskan dana antara 15 juta sampai 20
juta rupiah. Upacara ini biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada
isak tangis, karena di Bali ada suatu keyakinan bahwa, kita tidak boleh
menangisi orang yang telah meninggal karena itu dapat menghambat
perjalanan sang arwah menuju tempatnya. Hari pelaksanaan Ngaben
ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya ditentukan oleh
Pedanda. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan keluarga
dibantu oleh masyarakat akan membuat "Bade dan Lembu" yang sangat megah
terbuat dari kayu, kertas warna- warni dan bahan lainnya. "Bade dan
Lembu" ini adalah, tempat meletakkan mayat
Kemudian "Bade" diusung beramai-ramai ke tempat upacara Ngaben,
diiringi dengan "gamelan", dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat.
Di depan "Bade" terdapat kain putih panjang yang bermakna sebagai
pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap pertigaan atau
perempatan, dan "Bade" akan diputar sebanyak 3 kali. Upacara Ngaben
diawali dengan upacara-upacara dan doa mantra dari Ida Pedanda, kemudian
"Lembu" dibakar sampai menjadi abu yang kemudian dibuang ke laut atau
sungai yang dianggap suci.
3. Suku Dayak
Sejak abad ke 17, Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan
tubuh melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang bisa
menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima perang yang mengenakan
tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak menggunakan anting-anting
pemberat untuk memperbesar kuping daung daun telinga, menurut
kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga semakin
cantik, dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.
Kegiatan-kegiatan adat budaya ini selalu dikaitkan dengan kejadian
penting dalam kehidupan seseorang atau masyarakat. Berbagai kegiatan
adat budaya ini juga mengambil bentuk kegiatan-kegiatan seni yang
berkaitan dengan proses inisiasi perorangan seperti kelahiran,
perkawinan dan kematian ataupun acara-acara ritus serupa selalu ada
unsur musik, tari, sastra, seni rupa. Kegiatan-kegiatan adat budaya ini
disebut Pesta Budaya. Manifestasi dari aktivitas kehidupan budaya
masyarakat merupakan miniatur yang mencerminkan kehidupan sosial yang
luhur, gambaran wajah apresiasi keseniannya, gambaran identitas budaya
setempat. Kegiatan adat budaya ini dilakukan secara turun temurun
dari zaman nenek moyang dan masih terus berlangsung sampai saat ini,
sehingga seni menjadi perekam dan penyambung sejarah. Jadi, dapat
disimpulkan yang disebut dengan kebudayaan adalah pikiran, karya,
teknologi dan rangkaian tindakan suatu kelompok masyarakat. Berbicara
tentang apresiasi seni, kita ketahui terlebih dahulu yang disebut seni
dan klasifikasinya.
1.2. Pengertian Seni
Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis.
Aristoteles mengemukakan bahwa, seni adalah kemampuan membuat sesuatu
dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan oleh gagasan tertentu, demikian juga dikemukakan oleh
sastrawan Rusia terkemuka Leo Tolstoy mengatakan bahwa, seni merupakan
kegiatan sadar manusia dengan perantaraan (medium) tertentu untuk
menyampaikan perasaan kepada orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara seni
adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya, selanjutnya dikatakan oleh
Akhdiat K. Mihardja; seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan
kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai
daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si
penerimanya. Ungkapan seni menurut Erich Kahler; seni adalah suatu
kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan
simbol atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan
“dunia besar”.
Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok : seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.
Tabel 1.1. Klasifikasi Seni
Seni
Seni Rupa
* Seni murni * Seni terapan * Design * Kriya
Seni Pertunjukan
* Seni musik * Seni teater * Seni tari * Film Sinematographi * Pantomim
Seni Sastra
* Prosa * Puisi
1.3. Sifat Dasar Seni
Berdasarkan hasil telaah terhadap teori-teori seni, disimpulkan bahwa
seni memiliki sekurang-kurangnya 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni
(Gie, 1976:41-46). Uraian mengenai sifat dasar seni adalah sebagai
berikut: a. Ciri pertama adalah sifat kreatif dari seni. Seni merupakan
suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru. b.
Ciri kedua adalah sifat individualitas dari seni. Karya seni yang
diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal,
Subyektif dan individual. Sebagai contoh, (1) Lagu ciptaan Iwan Fals
terdengar berbeda dari lagu ciptaan Ebiet G. Ade; (2) Lukisan Lucia
hartini yang bercorak Surrealisme menampilkan kekuatan daya fantasi atau
imajinasi alam mimpi melalui penguasaan teknik melukis yang piawai. c.
Ciri ketiga adalah seni memiliki nilai ekspresi atau perasaan. Dalam
mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau
ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke
dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami
dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya. Sebagai contoh,
(1) lagu “Imagine” karya John Lennon merupakan ungkapan kepeduliannya
terhadap nilai-nilai humanisme dan perdamaian sehingga menggugah
perasaan siapapun yang mendengar. d. Ciri keempat adalah keabadian sebab
seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh
seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik
kembali atau terhapuskan oleh waktu. Sebagai contoh, (1) lagu Indonesia
Raya karangan WR. Supratman sampai saat ini masih tetap abadi dan
diapresiasi masyarakat walaupun beliau telah wafat; (2) Karya-karya
lukis S. Sudjojono dan Affandi sampai saat ini masih diapresiasi oleh
masyarakat dan sangat diminati oleh para kolektor lukisan walaupun
beliau telah wafat e. Ciri kelima adalah semesta atau universal sebab
seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah
hingga jaman modern ini orang terus membuat karya seni dengan beragam
fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Sebagai
contoh, (1) desain mode pakaian terus berkembang sesuai trend-mode yang
selalu berubnah dari waktu ke waktu dan banyak mempengaruhi gaya hidup
masyarakat metropolitan; (2) Di banyak negara di dunia seperti Belanda,
Inggris, Jepang, Cina, Indonesia dan sebagainya dijumpai produk keramik
dalam berbagai bentuk dan fungsinya.
1.4. Struktur Seni
The Liang Gie (1976-70) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian
terdapat unsur-unsur yang membangun karya seni sebagai berikut: a.
Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang
membentuk suatu kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni
dalam bidang seni rupa adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur.
Bidang seni musik adalah irama dan melodi. Bidang seni tari adalah
wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni teater adalah gerak, suara dan
lakon. b. Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni.
Ide pokok suatu karya seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan
subject matter (pokok soal) dan judul karya. Pokok soal dapat
berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan, yakni berupa:
objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau
alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik. c.
Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi
suatu karya seni melalui pemanfaatan material atau bahan dan alat serta
penguasaan teknik berkarya. Tana medium tak ada karya seni. Pada seni
rupa mediumnya adalah objek estetik dua dimensi (lukisan cat air, etsa,
cukil, kayu, dan lain-lain), objek estetik tita dimensi (patu batu,
relief logam, ukiran kayu). Semua jenis seni mempergunakan medium, seni
musik mempergunakan medium bunyi (nada), kalau seni tari mempergunakan
medium gerak, seni teater mempergunakan semua itu oleh sebab itu teater
dikatakan seni yang mempergunakan multimedia, seni sastra mempergunakan
keta-keta sebagai medium, seni lukis mempergunakan garis, bidang dan
warna, kalau seni sastra menggunakan kataa sebagai medium. Kalau seni
dapat dianggap sebagai bahasa maka setiap cabang seni memiliki bahasa
tersendiri, sastra memiliki bahasa verbal, seni rupa memiliki bahasa
plastis, seni tari memiliki bahasa kinetis, seni musik bahasa audio,
seni lukis memiliki bahasa visual, begitu pula seni memiliki dimensi,
seni musik mempunyai dimensi waktu, seni tari memiliki dimensi gerak,
dan seni rupa memiliki dimensi ruang. d. Gaya atau style dalam karya
seni merupakan ciri ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam
menyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP (1987:79), gaya adalah ciri
bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni, sedangkan aliran
berkaitan dengan isi karya seni yang merefleksikan pandangan atau
prinsip si seniman dalam menanggapi sesuatu.
1.5. Pengertian Nilai Seni
Secara umum kata “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau
kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat
yang penting yang bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia
(Purwadarminto, 1976:667). Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai
keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,
“nilai” berarti suatu ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan
menjadi pedoman manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi
cinta, keindahan, keadilan, dan sebagainya Nilai seni dipahami dalam
pengertian kualitas yang terdapat dalam karya seni, baik kualitas yang
bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Nilai-nilai yang
dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati
oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya masyarakat yang
kemudian diekspresikan daam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada
penikmatnya (publik seni).
Ragam Nilai Seni Peran keindahan selalu terkait dengan kehidupan
sosial budaya manusia sehari-hari, misalnya: dalam arsitektur rumah
tinggal, menata interior/eksterior, berbusana, menikmati keindahan musik
dan sebagainya. Manusia memerlukan keindahan karena memberikan
kesenangan, kepuasan, sesuatu yang menyentuh perasaan. Perasaan
keindahan diperoleh dari alam dan benda atau karya seni. Namun dalam
perkembangannya, karya seni dicptakan tidak selalu untuk menyenangkan
perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan perasaan terkejut, namun
tetap memberikan nilai-nilai yang diperlukan manusia, seperti
perenungan, pemikiran, ajakan, penyadaran, pencerahan, dan lain
sebagainya. Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada seni
mencakup: 1) nilai keindahan, 2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan,
masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut : a. Nilai keindahan
dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu persoalan estetis
yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya
pengertian, yakni: a) keindahan dalam arti luas (keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual), b) keindahan
dalam arti estetis murni, b) keindhaan dalam arti estetis murni, c)
keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada
prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan
yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya. b.
Dalam kecenderungan perkembangan seni dewasa ini, keindahan positif
tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagai
seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik dengna nilai
estetis legatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan mereka
(T.L. Gie, 1976:40). Fenomena semacam ini akan kita jumpai pada
karya-karya seni primitir atau karya seni lainnya yang tidak
mementingkan keidahan tampilan visual namun lebih mementingkan makna
simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis yang
negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis yang
positif dan negatif. Contoh, pameran fotografi Anjasmara dan Isabele
Yahya yang bertemakan Adam dan Hawa yang dinilai sebagai kesenian yang
bernilai estetis negatif.
1.6. Pengertian Ekspresi
Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam proses
penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui
media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan
warna; media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan
lakon.
1.7. Pengertian Genre (Jenis/Fungsi) Seni
Menurut kritikus tari terkenal di Indonesia, Sal Murgiyanto aspek
penting lain yang harus diperhatikan adalah, fungsi atau tujuan sebuah
pertunjukan. Sebuah pertunjukan dapat dilakukan sebagai sebuah
persembahan/doa/puji kepada arwah leluhur, ungkapan bakti kepada Dewa,
Tuhan, atau penguasa semesta alam. Dapat juga dilakukan untuk menghibur
diri pelakunya dan atau orang lain, untuk meneguhkan identitas atau
menguatkan nilai-nilai yang diyakini seseorang atau sekelompok orang,
dan bagi kenikmatan ragawi (pleasure) pelaku dan penontonnya. Fungsi
kesenian dianggap tak berbeda dengan fungsi ritual. Kerumitan
bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih istilah, kesenian
ritual dan kesenian hiburan komersial. Kriteria klasifikasi ini dapat
dikatakan sebagai ungkapan jenis kesenian. Sal Murgiyanto (2004)
mengatakan, sesuatu karya harus indah. Pandangan ini juga didukung oleh
Liang Gie Bapak Estetika seni (1964) yang menyatakan bahwa, ciri pokok
seni adalah ekspresi, oleh karena itu, penilaian terhadap karya seni
harus dilakukan berdasarkan ukuran perasaan estetis dan nilai-nilai.
Fungsi Seni Fungsi-fungsi seni terdiri atas fungsi ritual, pendidikan,
komunikasi, hiburan, artistik dan fungsi guna.
Bagaimana kita dapat mengidentifikasikan sebuah karya seni khususnya
kesenian tradisi berdasarkan fungsi-fungsinya. Berikut diuraikan tentang
fungsi-fungsi seni.
Fungsi Ritual Suatu pertunjukan yang digunakan untuk sebuah upacara yang
berhubungan dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan.
Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni
gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok
Ngorek, Monggang, dan Ageng.
Fungsi Pendidikan Seni sebagai media pendidikan misalnya musik. Contoh :
Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung dan Gamelan
juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai
sosial, kerjasama, dan disiplin. Fungsi Komunikasi Suatu pertunjukan
seni dapat digunakan sebagai komunikasi atau kritik sosial melalui media
seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater,
dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan.
FUNGSI
Hiburan
Pendidik
Ritual
Idealisme Artistik Kesenimanan
Forum Dialog
Guna
Terapi (Kesehatan)
Fungsi Hiburan Seni yang berfungsi sebagai hiburan, sebuah pertunjukan
khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa
dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.
Fungsi Artistik Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam
menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat
pada musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontemporer,
tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para
seniman dan komunitasnya.
Fungsi Guna (seni terapan) Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan
kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni
murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus
mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna
atau seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan
untuk perlengkapan/ peralatan rumah tangga adalah Gerabah dan Rotan.
Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat
distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan pasien. Terapi musik telah terbukti mampu
digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis
trauma pada suatu kejadian, dan lain-lain. Seperti yang telah
dikatakan Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan
gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic
jarikan neuron otak. Selanjutnya dikatakan oleh Gregorian bahwa gamelan
dapat mempertajam pikiran.
1.8. Pengertian Apresiasi Seni
Menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni lebih
tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka
terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai
karya-karya tersebut dengan semestinya.
Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi
Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni
di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan teater
yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen. Pada
kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan kemampuan
dengan mengidentifikasi bentuk seni.
b. Pengetahuan
Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik
tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang
biasa digunakan di masing-masing bidang seni.
c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam
berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam
merasakan musik.
d. Analisis
Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.
e. Penilaian
Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya
seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f. Apresiasi
Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang
terdiri dari tiga hal; value ( nilai ), empathy dan feeling. Value
adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan
makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan
memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada menghayati karya
seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni .
Sejalan dengan rumusan di atas S.E. Effendi mengungkapkan bahwa
apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan untuk mencermati kelebihan dan kekurangan terhadap
karya. Menurut Soedarso (1987) ada tiga pendekatan dalam melakukan
apresiasi yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2). pendekatan kesejarahan,
3). pendekatan problematik. Pendekatan aplikatif, adalah pendekatan
dengan cara melakukan sendiri macam-macam kegiatan seni. Pendekatan
kesejarahan adalah, dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan
asal usulnya. Sedangkan pendekatan problematik, dengan cara memahami
permasalahan di dalam seni. Seorang pengamat akan berbeda dengan
pengamat lainnya dalam menilai sebuah pertunjukan seni. Hal ini
didasarkan pada pengalaman estetik, dan latar belakang pendidikan yang
berbeda.
Bahasan kajian dalam mengapresiasi seni pada tingkatan awal dengan pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut:
Seni Musik Klasik x Ciri khas musiknya x Bentuk musik dari zamannya x Struktur musiknya x Gaya musiknya
Seni Musik Tradisi x Ciri-ciri khas musiknya : - Laras - Pola
tabuhan - Instrumen yang dimainkan - Struktur musiknya
- Gaya musiknya x Fungsi seni x Ekspresif (nilai-nilai keindahan) x
Makna / pesan yang terkandung
Seni Tari Kreatif x Mencermati identifikasi gerak x Mencermati
keharmonisan gerak dan musik x Mencermati kreativitas gerak x Mencermati
kemampuan wiraga / kelenturan x Mengidentifikasi jenis tari berdasarkan
garapan x Mengidentifikasi tari berdasarkan orientasi x
Mengidentifikasi berdasarkan fungsinya
0 komentar:
Post a Comment